Global Warming

Kita sebut jalan sogokkan karena bukan merupakan jalan hutan & dibuat masyarakat sekitarnya dengan alasan kemudahan. Jalan ini sering kita temui di hutan Jati karena karakteristik dari Jati yang bermanfaat dari akar, kayu, dan daun. So, masyarakat akan intensif masuk ke dalam hutan Jati untuk mencari kayu bakar, daunnya, atau mungkin berniat mencurinya. Tajuk Jati yang kurang rapat menarik bagi masyarakat untuk menanam Palawija. Jenis tanaman semusim ini mendorong masyarakat akan semakin intensif masuk ke dalam hutan. So, jalan sogokkan akan sering ditemui klo jalan2 di hutan Jati.  Jangan jadikan alasan jalan ini untuk terjadinya degradasi hutan. Degradasi hutan terjadi karena permintaan kayu Jati yang selalu tinggi sehingga beberapa pihak berniat tuk mencuri & menjualnya demi keuntungan pribadi. Klo seperti ini, siapa yang rugi? Kita, kami, kamu semuaaa... 😔

Klo hutan setelah tebang & akan ditanami kembali, maka diperlukan bersih2 lahan sehingga tanah bisa ditanam semai. Land clearing bisa dilakukan perusahan penglola atau oleh masyarakat yg sementara mengelola lahan tuk jenis palawija. So, hemat karena land clearing dilakukan oleh masyarakat yg kemudian diuntungkan dari hasil panen palawija. Simbiosis mutualisme, bahasa kerennya.  Tebang, tanam, produktifitas tinggi, penyerapan karbon tinggi, global warming dapat dihindari.... Horray 😉

Tanam aren katanya susah berhasil tanamnya ampe besar. Klo tanam, sering di makan ama sejenis tikus ketika tanaman masih kecil. Orang lapangan bilang bahwa tanaman aren sekarang termasuk langka. "Lestarikan tanaman Aren", kata orang lapangan. Bisa tuk tambahan penghasilan masyarakat sekitar hutan mengingat hasil dari nderes (bahasa lokal) tanaman Aren untuk gula. Gula Aren asli sudah jarang ditemui. Katanya lagi, ada manfaat Aren lainnya yg lebih WOW..... Googling sendiri ya.... 😁 Ini beberapa contoh tanaman Aren yg berhasil di tanam ampek gedee. Cek ki dot ya....